Hermeneutika Pendekatan Gunung Es (The Iceberg Appraoch)

Posted on 16.44

Hermeneutika merupakan proses menerjemahkan dan diterjemahkan atau merupakan kegiatan interpretasi. Segala yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini dapat diinterpretasikan menjadi suatu pengetahuan baru bagi kita. Sebagai contoh, ketika kita membaca maka kita akan melakukan interpretasi terhadap apa yang kita baca dan ini akan menjadi pengetahuan baru bagi kita. Hermeneutika digunakan di setiap sisi kehidupan. Proses menerjemahkan ini akan berlangsung terus hingga berkembang secara pesat namun juga bisa mengerucut. Namun pada prinsipnya hermeneutika dilakukan secara terus menerus dan kontinu.
            Hermeneutika erat kaitannya dengan filsafat hidup. Filsafat hidup dari orang Indonesia yang menempatkan spiritual pada tingkatan yang paling tinggi. Sehingga segala sesuatu yang terjadi akan dikembalikan kepada hakikat bahwasanya semuanya adalah kehendak Tuhan. ketika seseorang tidak mampu memikirkan sesuatu maka spiritual adalah titik balik baginya dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Ketika seseorang telah mencapai ranah spiritual maka dapat dikatakan bahwa ia telah dapat berfilsafat untuk hidupnya. Dalam melakukan hermeneutika kita tidak dapat lepas dari proses penyaringan (reduksi). Oleh Husserl metode reduksi diberikan suatu fasilitas yang disebut epoche, dimana hal-hal yang direduksi tersebut masuk ke dalam epoche. Demikian juga dalam matematika. Karena matematika bersifat abstrak, maka dibutuhkan pereduksian dalam membelajarkannya. Reduksi ini dilakukan unuk memilih mana yang seharusnya diajarkan kepada siswa sesuai dengan tahapan kognitifnya.
            Hermenetika pembelajaran matematika terdiri dari dua unsur yaitu garis lurus dan melingkar. Garis lurus menggambarkan bahwa pembelajaran akan terus berjalan, kita tidak akan mengulanginya kembali. Sedangkan melingkar artinya kita dapat mengulanginya, hanya saja berbeda ruang dan waktunya. Hermeneutika dalam pembelajaran matematika menggunakan prinsip gunung es, dimana dalam pendekatan ini merupakan realistiknya matematika. Ada matematika horizontal dan matematika vertika. Dalam matematika horizontal, siswa mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan dunia nyata berdasarkan cara mereka sendiri, masih menggunakan simbol yang mereka buat sendiri, mereka belum mengenal simbol-simbol formal matematika. Sedangkan matematika vertikal adalah saat mereka telah dapat menggunakan simbol-simbol matematika dalam menyelesaikan setiap permasalahan matematika atau juga dapat dikatakan telah menggunakan matematika formal. Pendekatan gunung es ini mempunyai maksud menjadikan siswa berkompeten dan dapat mengembngkan keterampilan hidupnya.
            Pendekatan gunung es dapat diartikan/diterjemahkan sebagai realistiknya matematika. Dalam matematika terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan matematika ini seperti halnya fenomena gunung es, dengan urutan mulai yang paling dasar yaitu, (1) matematika konkret; (2) matematika model konkret; (3) matematika model formal; (4) matematika formal. Tingkatan ini dimulai dari yang hanya bisa memahami matematika dari benda-benda yang bersifat konkret kemudian dapat memodelkan matematika ke dalam benda-benda konkret. Tingkatan selanjutnya yaitu ketika siswa dapat mengerti dan memahami model formal dari permasalahan matematika, artinya dia sudah bisa melakukan perhitungan. Tingkatan paling atas yaitu matematika formal. Dalam tingkatan ini siswa telah mampu membuat sendiri model matematika dari suatu permasalahan dengan menggunakan simbol-simbol formal matematika.
            Matematika banyak dipengaruhi oleh pemikiran para filsuf. Platonism banyak mempengaruhi matematika sebagai sesuatu yang bersifat rasional sehingga akobat dari pemikiran ini adalah hilangnya intuisi pada diri siswa. Absolutisme mengajarkan matematika secara formal. Matematika diajarkan kepada anak-anak sebagai ilmu formal artinya anak-anak telah dikenalkan dengan simbol-simbol matematika yang masih bersifat abstrak bagi mereka. Hal ini tentu saja sangat mengerikan bagi psikologis anak yang menimbulkan ketidaksenangan pada matematika. Aristotelian banyak mempengaruhi paham konstruktivisme. Dalam paham konstruktivisme matematika diajarkan melalui pengalaman sehingga siswa membangun sendiri struktur pengetahuannya. Kurikulum yang ada di Indonesia saat ini berusaha untuk mengubah pembelajaran dari yang bersifat tradisional ke konstruktivisme. dalam pembelajaran yang bersifat traditional, iswa hanya mendengarkan guru menjelaskan kemudian memberikan latihan soal dan mengerjakan ltihan soal. Dalam pembelajaran ini siswa kurang mendapatkan makna dalam belajar. Sedangkan dalam pembelajaran yang bersifat konstruktivisme, guru berusaha untuk menumbuhkan pengetahuan siswa melalui rangkaian kegiatan eksplorasi sehingga sedikit demi sedikit pengetahuan siswa akan terbentuk dan kemudian akan tumbuh dan berkembang. Pada prinsipnya, konstruktivisme bertujuan untuk mengembangkan keterampilan hidup.

Refleksi filsafat 7

Posted on 17.36

Filsafat merupakan bidang ilmu yang cakupannya lebih luas daripada ilmu sains, ilmu social dan lainnya. hal ini dikarenakan filsafat sangat sopan santun terhadap ruang dan waktu. Hal utama yang membedakan antara filsafat dan ilmu lain adalah pada kerangka berfilsafat, yaitu secara ontologism, epistimologis dan empiristis. Filsafat merupakan hasil olah fikir para filsuf yang bersifat intensif dan ekstensif, yaitu dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Kerangka berfilsafat yang ekstensif tersebut mengakibatkan pandangan yang berdimensi. Filsafat merupakan suatu kajian ilmu oleh para filsuf yang didasarkan pada berbagai dimensi sudut pandang yang berbeda-beda. Objek berfilsafat meliputi segala yang ada dan yang mungkin ada. Segala yang ada dan yang mungkin ada tersebut belum dapat dikategorikan sebagian dari ciptaan Tuhan, karena masih banyak ciptaan Tuhan yang lainnya, misalnya keyakinan manusia. Keyakinan ini tidak dapat dikategorikan menjadi sesuatu yang ada ataupun menjadi sesuatu yang mungkin ada, karena keyakinan berada di luar konteks tersebut.
Dalam berfilsafat maupun dalam kehidupan sehari-hari, adanya pro dan kontra merupakan suatu hal yang wajar dan sudah menjadi kodrat. Setiap ada siang pasti ada malam, ada kiri pasti ada kanan, ada yang benar pasti pula ada yang salah. Demikian pula ada pro, pasti pula ada kontra nya. Pro dan kontra yang terjadi dalam fikiran manusia dapat menimbulkan suatu ilmu, sedangkan pro dan kontra yang terjadi di dalam hati manusia merupakan godaan dari syaiton. Dalam ilmu filsafat, ada 4 tingkatan yang harus dipenuhi oleh setiap objek agar dapat dikategorikan sebagai pbjek berfilsafat, yaitu tingkatan material, formal, normative dan spiritual. Jika suatu objek memenuhi keempat tingkatan tersebut, maka objek tersebut merupakan objek dalam filsafat. Namun jika belum mampu memenuhinya, maka objek tersebut hanya sebatas objek intuisionisme, yaitu objek yang dapat dipahami melalui intuisi. Sebagai contoh adalah angin. Objek material dari angin adalah udara yang bergerak, objek materialnya misalnya angin topan, badai, angin rebut dan lainnya. namun objek normative dan spiritual untuk angin tidak ada, sehingga manusia dikategorikan sebagai kaum intuisionisme terhadap angin, karena tidak mampu mendefinisikan tentang angin. Tidak ada definisi yang paling tepat untuk angin, besar, kecil, enak, cantik, tampan, dan masih banyak hal lainnya yang hanya dapat didefinisikan secara intuitif.
Berbeda halnya dengan hakekat perceraian. Perceraian dapat dikategorikan sebagai objek filsafat yang memenuhi syarat. Dari segi material, objek perceraian adalah suami atau istri. Dari segi formal, perceraian sangat jelas diatur dalam undang-undang. Dilihat dari segi normative, perceraian bukanlah hal yang baik, dan dapat dikategorikan sebagai hal yang kurang baik atau “buruk”. Dilihat dari segi spiritual, Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang yang bercerai. Dari penjabaran tersebut, perceraian merupakan salah satu objek dalam berfilsafat.
Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya seseorang mengalami kekalahan. Namun kekalahan tersebut hendaknya dapat mendorong seseorang untuk segera bangkit dan tidak justru semakin terpuruk. Ada dua cara dalam menyikapi kekalahan agar tidak membuat kita semakin terpuruk, yaitu dengan cara ikhtiar dan berdoa. Setiap hal yang ada dan mungkin ada di dunia ini dapat dijadikan sebagai motivasi. Sebagai contoh, ketika kita melihat orang yang kurang beruntung. Hal ini dapat kita jadikan sebagai sarana introspeksi diri, bahwa kita masih lebih beruntung daripada mereka. Selain itu, semangat dari orang yang telah pernah mengalami keberhasilan juga sangat kita perlukan, agar kita kembali memili,I keyakinan bahwa kita juga pasti bisa berhasil, minimal seberhasil orang tersebut. Hal ini merupakan cara untuk kemballi menumbuhkan semangat kita setelah mengalami kekalahan atau kegagalan.

Refleksi Pertanyaan

Posted on 15.20

Refleksi ini merupakan refleksi dari beberapa pertanyaan yang diajukan saat perkuliahan filsafat.
1.      Apakah segala sesuatu yang ada di alam semesta ini memiliki pola?
Pengertian pola memiliki dimensi. Sebuah pola dapat menjadi bukan pola ketika orang tidak paham atau tidak mengerti bahwa itu merupakan pola. Sehingga sesungguhnya pola hanya akan dimengerti oleh orang yang sadar atau benar-benar mengerti tentang pola. Bagi orang yang tahu dan percaya maka sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia ini telah didesain oleh Tuhan sehingga memiliki pola. Alam semesta ini pun telah didesain sedemikian rupa sehingga semuanya memiliki keteraturan. Maha Kuasa Alloh atas segala ciptaan-Nya.
2.      Apakah hakikat perbedaan dalam persatuan?
Setiap orang berbeda dalam banyak hal, akan tetapi dapat bersama dalam berbagai hal. Dalam filsafat, manusia tidak pernah ada yang sama karena manusia terikat oleh ruang dan waktu. Perbedaan-perbedaan tersebut yang akan menimbulkan rasa sosial, rasa saling membutuhkan sehingga dalam perbedaan itu manusia memiliki rasa persatuan, yaitu saling membutuhkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan akan menimbulkan persatuan.
3.      Kapan sesuatu disebut sebagai mimpi?
Mimpi memiliki dimensi. Ada mimpi yang dapat diingat dan ada mimpi yang tidak dapat diingat. Hal ini tergantung dari kualitas mimpi tersebut. Ketika kita memimpikan sesuatu hal yang sangat berarti bagi kita, maka mimpi itu akan membekas bahkan setelah bertahun-tahun.
4.      Apakah perbedaan cinta dan sayang?
Cinta dan sayang adalah dua hal yang bersifat kontekstual serta berdimensi. Cinta dan sayang merupakan intuisi. Cinta dan sayang dapat dibedakan dengan intuisi artinya berdasarkan pengalaman yang telah dialami maka dengan sendirinya kita dapat membedakan apa itu cinta dan apa itu sayang.
5.      Mengapa yang tidak ada juga merupakan objek filsafat?
Yang tidak ada relti tergantung ruang dan waktu. Yang tidak ada memiliki kemungkinan menjadi ada. Sehingga yang tidak ada dapat dikategorikan yang mungkin ada. Sedangkan objek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada sehingga yang tidak ada pun akan menjadi objek filsafat.
6.      Bagaimana ciri-ciri guru matematika yang galak?
Galak atau tidak galak memiliki pengertian yng berbeda bagi satu orang dan orang lain. Ciri-ciri orang galak pun relatif tergantung siapa yang mendefinisikan. Karena galak menurut saya belum tentu galak menurut orang lain. Secara umum, guru yang galak memiliki ciri-ciri mudah marah, toleransinya kecil, suka memaksakan kehendak.
7.      Bagaimana menghadapi orang yang enggan berbagi ilmu dengan orang lain?
Berbagi ilmu harus dilandasi dengan keikhlasan. Jika orang tersebu tidak ikhlas dalam membagi ilmu, maka kita tidak boleh memaksanya untuk membagi. Namun lain di ngara kapitalis, dimana orientasinya adalah bisnis. Di negara tersebut, pemikiran seseorang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis, jadi dalam berbagi ilmu tidak ada prinsip keikhlasan akan tetapi prinsip keuntungan.
8.      Bagaimana cara memberikan pemahaman pada guru matematika yang tidak mau meubah cara mengajarnya?
Sebagai seseorang yang belum mengerti benar akan keadaan pendidikan di sekolah, maka kurang pantas jika kita memberikan pemahaman kepada guru-guru yang senior,karena justru mereka memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Pemahaman tidak diberikan namun pemahaman itu akan timbul dalam dari dalam diri seseorang sendiri ketika dia memiliki keinginan untuk belajar. Dari adanya keinginan tersebut, kita memberikan stimulus untuk membantu mereka mengenal lebih dalam apa yang akan mereka pelajari.
9.       Apa penyebab krisis multidimensi?
Krisis multidimensi bukanlah dikarenakan salah dari salah satu pihak. Namun lebih kepada pendidikan itu sendiri. Guru yang mengajar saat ini telah kehilangan intuisi sehingga siswa juga ikut kehilangan intuisi. Akibat selanjutnnya siswa hidupnya tidak terarah, banyak perturan yang dilanggar.
10.  Mengapa filsafat sulit?
Filsafat sulit dikarenakan bersifat intensif dan ekstensif meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Perlu pemahaman yang dalam dan luas untuk memahami filsafat.
11.  Apa yang dimaksud hermeneutika?
Hermeneutika adalah menterjemahkan dan diterjemahkan. Guru memfasilitasi agar siswa mampu bersilaturahmi dengan matematika. Jadi jika kita akan mengenalkan metode yang baru kepada guru, maka kita membuat guru bersilaturahmi dengan metode tersebut yaitu dengan membuat alat atau media untuk mengajarkan metode tersebut.
12.  Secara filsafat apakah ada kaitan antara khayalan dan cita-cita?
Cita-cita merupakan khayalan yang terstruktur, memiliki alasan dan ltarbelakang. Cita-cita harus dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki benang merah (hubungan) dengan kehidupan kita.
13.  Apa pengertian sombong?
Pengertin sombong berdimensi. Sombong dalam arti spiritual identik dengan syaitan. Tetapi dengan intuisi pun kita dapat mendefinisikan pengertian sombong.

Membongkar Mitos

Posted on 15.16

Mitos dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan tetapi tidak tahu apa makna dibalik melakukannya. Hakikatnya sejak kecil kita telah belajarmelalui mitos. Sebagian besar yang dilakukan oleh anak kecil adalah mitos bagi anak tersebut. Bertindak tanpa berpikir juga dapat diartikan sebagai mitos.
            Jika mitos diartikan sebagai melakukan hal yang tidak dimengerti maknanya, lalu apakah mitos dapat dikatakan sebagai mitos dalam filsafat? Sholat dapat dikatakan sebagai mitos dalam filsafat bila kita melakukan tapi tapi tidak tahu maknanya. Namun tentu beda halnya dengan anak kecil. Walaupun anak kecil tidak tahu makna sholat akan tetapi tetap ada nilai ibadahnya. Jadi dapat dikatakan bahwa mitos berdimensi terhadap ruang dan waktunya. Suatu hal dikatakan mitos untuk kita namun belum tentu bagi orang lain. Akan tetapi akan lebih baik jika kita ketika kita melakukan sesuatu kita mengerti makba ibalik kita melakukan hal tersebut.
            Jika kita mengatakan mitos sebagai hal yang tidak dimengerti oleh kita, lalu apakah dunia ghaib itu mitos? Terkadang mitos dpat mmpengaruhi seseorang sehingga memikirkannya saja orang tidak berani. Dunia ghaib memang tidak dapat dipecahkan secara rasional akan tetapi dapat dipecahkan dengan keyakikan, bahwa kita myakini bahwa dunia ghaib memang benar-benar adanya.        
            Untuk membongkar mitos diperlukan pikiran yang jernih serta hati yang jernih pula serta tidak tertinggal dilandasi dengan spiritual yang tinggi. Misteri yang ghaib hanya dapat dipecahkan dengan keyakinan karena yang ghaib tidak dapat dipecahkan secara rasional. Maka dari itu janganlah selalu mengagungkan rasionalitas karena pada ruang dan waktu tertentu rasionalitas tidak dapat digunakan.
            Mitos telah membuktikan bahwa rasio tidak selamanya benar. Terkadang kit harus meninggalkan raio untuk mncapai suatu kebenaran. Hanya keyakinan atau spiritual yang dapat mmecahkan apa yang tidak dapat dipecahkan oleh rasio. Terlepas dari itu semua, segala yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini adalah karunia dari yang Sang Pencipta yang memang dikaruniakan kepada kita agar kita dapat belajar dan semakin yakin bahwa ada kekuatan maha dasyat yang mengendalikan semua yang ada dan yang mungkin ada.

Menembus Ruang dan Waktu

Posted on 14.08

          Menembus ruang dan waktu dalam hal ini adalah mengalami perubahan atau melakukan perubahan. Untuk melakukan perubahan ini diperlukan suatu pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri. Maka kita perlu untuk mempelajari filsafat. Dalam mempelajari filsafat, haruslah secara intensif dan ekstensif. Intensif artinya dalam sedalam dalamnya sedangkan ekstensif artinya luas selua luasnya. Maka dari itu dalam mempelajari filsafat dibutuhkan referensi, dalam hal ini adalah pikiran para filsuf, apa yang mereka katakan dalam hubungannya dengan pikiran-pikiran kita.  Apa yang kita pikirkan dengan dukungan dari pemikiran para filsuf ini kemudian kita refleksikan dalam kehidupan sehari-hari hal inilah merupakan upaya kita dalam menembus ruang dan waktu.
            Mengenai subjek yang menembus ruang dan waktu adalah diri kita sendiri atau diri orang lain. Menurut Immanuek Kant waktu dibagi ke dalam tiga dimensi, yaitu waktu yang berurutan, waktu yang berkelanjutan dan waktu yang berkesatuan. Berkesatuan artinya tidak dapat dibagi-bagi atau menjadi satuan yang utuh. Sedangkan pengertian ruang secara teori ada ruang dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua dan seterusnya. Artinya secara teori ruang dapat didefinisikan seperti bilangan. Untuk menembus ruang dan waktu kita perlu mengetahui apa itu ruang dan apa itu waktu. Sedangkan untuk mengetahui ruang kita perlu mengetahui apa itu waktu dan begitu pula sebaliknya.  Kita dapat mempelajari ruang dan waktu karena pada hakikatnya ruang dan waktu ada dalam pikiran kita.
            Ruang meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Ruang terdiri dari wadah dan isi. Jika tidak ada wadah maka tidak akan ada isi begitu pula sebaliknya. Ruang memiliki empat dimensi yaitu material, formal, normatif dan spiritual. Ruang material adalah yang berbentuk konkret dan fisik. Contohnya dalam ruang diri kita materialnya adalah tubuh kita. Sedangkan formal adalah yang bersifat resmi, atau yang tertulis. Maka diri kita adalah apa yang tertulis di identitas kita. Normatif adalah ilmunya, sehingga orang yang berilmu adalah orang yang sopan santun terhadap ruang dan waktu. Artinya dapat menempatkan diri. Orang yang berilmu dalam pendidikan matematika adalah orang yang sopan santun terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Santun berarti mengerti, menghayati, mengamlkan kmudian merefleksikan. Spiritual adalah doa-doa yang kita panjatkan.
            Ruang dan waktu kita saat ini dalah berada dalam dunia kaum kapitalis. Kaum kapitalis membuat hirarki ruang yaitu ruang archaed, tribal, tradisional, feodal, modern, postmodern dan post-postmodern. Dalam menjadi orang yang berilmu kita menempatkan spiritual dalam hirarki yang paling tinggi. Di sisi lain kita menghadapi gejolak dunia akibat pengaruh dari kaum “the power now” dimana mereka menciptakan ruang kapitalis, pragmatisme, utilitarian dan hedonisme.
Kapitalis adalah menempatkan ekonomi dalam hirarki yang paling tinggi,  artinya segala sesuatu diukur dari keberhasilan ekonomi. Jadi orang yang menganut kapitalis akan berusaha untuk mengejar keberhasilan ekonominya. Pragmatisme adalah yang menghendaki segala sesuatu itu secara cept dan praktis. Utilitarian adalah yang menganut bahwa apa yang terbaik adalah yang berguna bagi mereka tanpa melihat kegunaan untuk orang lain, jadi prinsip kegunaannya adalah sepihak. Hedonisme adalah yang sangat mengagungkan kesenangan dunia. Segala yang dilakukan hanya untuk mengejar kesenangan dunia. Dunia yang diciptakan “power now” menempatkan spiritual dalam hirarki ketiga yaitu pada hirarki tradisional.
Ada beberapa hal penting dalam menembus ruang dan waktu yaitu:
1.      Fenomenologi
Fenomenologi adalah karya cipta dari HUSSERL. Ada dua unsur penting yaitu abstraksi dan idealisme. Abstraksi adalah memilih atau melakukan reduksi. Manusia kodratnya adalah abstraksi karena sejak lahir manusia telah terpilih. Hidup adalah pilihan karena sebenar-benrnya manusia adalah reduksi karena manusia tidak bisa tidak memilih. Dalam melakukan reduksi ada hal-hal yang tereliminasi dan yang tidak dipikirkan oleh HUSSERL dimasukkan dalam suatu wadah yang dinamakan “rumah epoke”.
2.      Fondasionalisme
Semua makhluk beragama adalah kaum fondasionalisme, menempatkan Tuhan sebagai causa prima yaitu sebab utama dan sebab pertama. Dalam kehidupan sehari-hari orang yang membangun keluarga adalah sedang menjadi kaum fondasionalisme. Hakikat manusia adalah kaum fondasionalisme namun karena keterbatasannya manusia tidak bisa menjadi fondasionalisme sepenuhnya, karena dalam kenyataannya manusia melakukan segala sesuatu dengan intuisi.
3.      Antifondasionalisme
Dalam hal ini manusia bertindak sebagai fondasionalisme namun sekaligus sebagai antifondasionalisme.
            Menembus ruang dan waktu adalah melakukan perubahan untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Dalam upaya menembus ruang dan waktu ini kita mendapatkn tantangan berupa dunia yang diciptakan oleh “power now” yang telah menguasai gejolak dunia. Untuk itu kita perlu menyiasatinya dengan tetap menempatkan spiritual ke dalam hirarki yang tertinggi. Ketiga hal penting dalam menembus ruang dan waktu yang telah dijelaskan sebelumnya harus benar-benar dipahami dengan baik tanpa meninggalkan spiritual dalam hirarki tertinggi. Dengan upaya yang disertai dengan doa semoga kita diberikan petunjuk agar dapat menembus ruang dan waktu.

Aliran Filsafat

Posted on 15.44
Terdapat banyak aliran dalam filsafat. Pemberian nama aliran filsafat tersebut berdasarkan pada:
1.      Objeknya
Misal objeknya benda-benda alam, maka filsafatnya adalah filsafat alam
2.      Nama tokohnya
Misalnya hegellianisme. Hegel adalah tokoh yang mengatakan bahwa negara yang ada dan yang mungkin ada adalah sejarah. Maka filsafat sejarah adalah hegellianisme.
3.      Sifat-sifatnya
Misal benda dalam pikiran, sifatnya adalah ideal maka filsafatnya adalah idealisme. Ideal bersifat tetap, maka aliran ini sesuai dengan permenidesianisme sehingga dalam hal ini Plato sejalan dengan Permenides. Bilangan adalah tetap tidak berubah karena berada dalam pikiran. Bilangan yang berada di luar pikiran adalh plural karena dapat direpresentasikan ke dalam banyak macam, sehingga filsafatnya adalah relisme karena bersifat real. Tokohnya yaitu Aristoteles.
4.      Aktifitasnya
Misalnya bertanya. Socrates berfilsafat dengan cara bertanya, sehingga filsafatnya dinamakan dialektisme.
Ada juga aliran filsafat yang disebut monoisme, yaitu yang benar hanya ada satu, tidak lain tidak bukan adalah Tuhan. Jika yang benar banyak filsafatnya adalah pluralisme. Dunia itu banyak, sama halnya bahwa dewa itu banyak, seperti dewa matahari,dewa gunung, dewa laut, dsb. Jika yang benar ada dua maka disebut dualisme. Misal, baik dan buruk, jelek dan indah dsb. Masyarakat Indonesia cenderung dualisme, boleh dan tidak boleh, baik dan tidak baik.
Kalau kita menganggap bahwa diri sendiri yang benar, maka filsafatnya adalah subjektifisme. Jika kita mengakui orang lain yang benar, maka filsafatnya objektifisme. Pada hakikatnya manusia tidak bisa lepas dari kegiatan menentukan. Contoh : saat memakai baju, psti kita menentukan mau memakai yang mana. Sehingga dalam hal ini kita menentukan nasib baju. Kalau manusia sering menentukan sifat, maka disebut determinisme. Para politikus memakai filsafat determinisme, karena dapat menentukan apa yang ditambah, atau apa yang dikurangi. Otoritarian juga termasuk ke dalam determinisme. Otoritarianisme menganggap bahwa yang benar adalah yang berkuasa. Determine sejalan dengan reduksi. Reduksi artinya memilih. Sebenarnya hakikat manusia itu adalah memilih dan dipilih. Seorang manusia dilahirkan dari rahim seorang ibu artinya bahwa dia telah terpilih. Karena manusia tidak dapat menentukan dari rahim siapa dia akan dilahirkan. Reduksi dan determine merupakan metode brfilsafat yang sangat ampuh namun sekaligus sangat berbahaya dan sangat merugikan.
Karena filsafat bersifat hidup, maka metode yang digunakan untuk mempelajarinya adalah metode hidup, artinya bergaul dan berinteraksi. Untuk mempelajari filsafat tidak bisa dihafal namun dipahami kata demi kata. Misalnya filsafatnya para dewa disebut transendentalisme. Maka harus dipahami, siapakah dewa dalam hal ini. Dalam hal ini yang dimaksud dewa adalah diri kita sendiri yang memiliki dimensi atau tingkatan yang lebih tinggi dri objek yng lain. Contoh saat kita mengajar, maka kita adalah dewa bagi murid-murid kita.  


Aliran-aliran Filsafat, Tokoh dan Idenya

Posted on 20.00

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Orang Yunani senang akan kebijaksanaan yang selalu diarahkan kepada kepandaian secara teoretis dan praktis. Kepandaian yang bersifat teoretis adalah upaya manusia mencari pengetahuan yang penuh dengan gagasan dan ide yang tentunya sejalan dengan cara pikir mereka. Kepandaian yang bersifat praktis adalah upaya mencari pengetahuan yang diarahkan untuk menemukan kegunaan pengetahuan itu.
Berbicara mengenai ilmu maka tidak akan terlepas dari filsafat. Semua ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial bertolak dari pengembangannya sebagai filsafat. Filsafat merupakan olah pikir sehingga segala sesuatu yang dihasilkan adalah melalui proses berpikir. Perkembangan ilmu pengetahuan terbagi menjadi beberapa periode sejarah yang setiap periodenya memiliki ciri khas masing-masing. Periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan dimulai dari peradaban Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, dan zaman Postmodern yang masing-masing zaman tersebut berkembang beberapa aliran filsafat.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah perkembangan aliran filsafat dari zaman Yunani kuno hingga saat ini?



BAB II
PEMBAHASAN
1.    Zaman Yunani Kuno
Secara historis kelahiran dan perkembangan sistem berpikir tidak dapat dilepaskan dari keberadaan, kelahiran dan perkembangan filsafat.  Pada masa periodisasi awal atau masa Yunani Kuno, yaitu sekitar 600 SM – 400 SM, para pemikir pada masa itu sudah mulai mempermasalahkan dan mencari unsur induk (arché) yang dianggap sebagai asal mula segala sesuatu/semesta alam dengan suatu metode berpikir untuk mencari sebab awal dari segala sesuatu dengan merunut dari hubungan kausalitasnya (sebab-akibat). Jadi unsur penting berpikir ilmiah sudah mulai dipakai, yakni: rasio dan logika (konsekuensi). Dua nama penting pada masa ini yaitu Permenides dan Heraclitos yang memiliki pemikiran yang bersebrangan.
a.       Peremenides
Permenides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan, Arena. Ia dikatakan  sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat.  Ia berpendapat bahwa hanya pengetahuan yang tetap dan umum  (pengetahuan budi) yang dapat dipercaya. Pengetahuan budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia dengan realitas. Sebab yang merupakan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam-macam, melainkan yang tetap.  Permenides dianggap sebagai peletak dasar metafisika. Ia berpendapat bahwa yang ada adalah ada dan yang tidak ada adalah tidak ada. Konsekwensi dari pernyataan ini adalah yang ada:
1) satu dan tak terbagi
2) kekal, tidak mungkin ada perubahan
3) sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya,
 4) mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada yang bergerak

b.      Heraclitos
Heraclitos memiliki pemikiran yang berbeda dengan Permenides. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal : Panta rhei kai uden menci yang artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tudak satu orangpun yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir , berganti dengan air yang berada di belakanganya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi. Menurut Heraclitos alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah , sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita menyadari bahwa kehidupan kosmos itu dinamis. Kosmos itu tidak pernah berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan . itulah sebabnya ia sampai pada konklusi bahwa yang mendasar dalam alam  semesta ini adalah prosesnya. Penyataan “semua mengalir” berarti semua berubah bukanlah pernayatan yang sederhana. Implikasi pernyataan tersebut amat hebat. Dan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap.

Puncak filsafat Yunani dicapai pada Socrates, Plato dan Aristoteles.
1.      Socrates memiliki pemikiran yang merupakan jalan tengah dari pemikiran Permenides dan Heraclitos. Filsafatnya dikenal dengan aliran dialektik. Ia memiliki murid yang sangat setia yaitu Plato. Filsafat Socrates ini berkembang pada 470-399 SM. Socrates mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Sokrates sendiri tidak menulis apa-apa. Pikiran-pikirannya hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui tulisan-tulisan dari cukup banyak pemikir Yunani lain, terutama melalui karya Plato. Sebagaimana para sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap relatifisme (pandangan yang berpendapat bahwa kebenaran tergantung pada manusia) yang pada umumnya dianut para sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yang baik itu baik bagi warga Athena dan lain bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yang sama bagi semua manusia dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Pengajaran Socrates ini harus dibayar mahal dengan hukuman mati yautu dengan meminum racun.
2.      Plato
Walaupun Socrates sudah meninggal namun pemikirannya tetap bekerja. Plato yang merupakan muridnya memperkuat pendapat gurunya.  Filsafat Plato menganut aliran idealisme. Menurut Plato kebenaran umum memang ada, namanya idea. Idea ada sebelum manusia ada, ia ada dalam alam idea. Dunia “idea” itulah yang tetap tidak berubah/abadi sedangkan kenyataan yang dapat diobservasi sebagai sesuatu yang senantiasa berubah. Sehingga filsafat Plato dikenal dengan nama idealisme. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yg selalu berubah dan dunia idea yg tidak pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yg obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada idea-idea tersebut. Idea-idea berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Idea hadir didalam benda, idea-idea berpartisipasi dalam konkret dan idea merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga memberikan dua pengenalan. pertama pengenalan tentang idea; inilah pengenalan yg sebenarnya. Pengenalan yg dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah. Ia juga berpendapat bahwa sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa sudah berada dan memandang ide-ide, sekarang jiwa merasa terkurung dalam tubuh dan senantiasa rindu akan memandang bahagia yang dinikmatinya sebelum lahir dalam tubuh, tetapi dalam eksistensi jasmani sekarang.
3.      Aristoteles
Setelah Plato ada filsuf Ariatoteles  yang merupakan murid dari Plato. Aristoteles ada pada tahun 384-322 SM. Walaupun ia murid dari Plato namun pendapatnya sering bertentangan dengan Plato. Aristoteles menganut aliran realisme. Aristoteles lebih kearah ilmu pengetahuan yang sedapat mungkin menyelidiki dan mengumpulkan data kongkret (realisme). Ide-ide menurut Aristoteles tidak terletak dalam suatu "surga" diatas dunia ini, melainkan didalam benda-benda sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu materi("hyle") dan bentuk("morfe"). Bentuk-bentuk dapat dibandingkan dengan ide-ide dari Plato. Tetapi pada Aristoteles ide-ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. bentuk-bentuk"bertindak"didalam materi. bentuk-bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besa sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Pokok-pokok pikirannya antara lain bahwa ia berpendapat seseorang tidak dapat mengetahui suatu obyek jika ia tidak dapat mengatakan pengetahuan itu pada orang lain. Spektrum pengetahuan yg diminati oleh Aristoteles luas sekali, barangkali seluas lapangan pengetahuan itu sendiri. Mengenai pengetahuan, Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat dihasilkan melalui jalan induksi dan jalan deduksi, induksi mengandalkan panca indera yg "lemah", sedangkan deduksi lepas dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles sangat banyak memberi tempat pada deduksi yg dipandangnya sebagai jalan sempurna menuju pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah Syllogismos (silogisme).

2.    Zaman kegelapan (Dark Ages)
            Pada ujung tarikh sebelum masehi atau masa menuju Masehi (0 Masehi), filsafat semakin lama semakin merosot dominasinya dan semakin kalah. Inilah merupakan zaman kegelapan bagi filsafat ilmu pengetahuan dimana filsafat benar-benar telah mati dan tertutup dari abad 12 sampai abad 13. Filsafat pada abad ini dikuasai oleh keagamaan (Kristiani).  Pada masa ini pihak gereja membatasi pemikiran para filosof sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat sampai pada hukuman mati. Terlihat di sini bahwa dominasi gereja sangat kuat. Pada masa ini tokoh gereja telah mengakui dan memberikan kebenaran mutlak pendapat dari Ptolomeus dengan teori geosentris yang menyatakan bahwa bumi sebagai pusat dari tata surya.

3.    Zaman Pencerahan (Abad 15 dan 16)
            Adanya dominasi gereja dan kungkungan gereja terhadap ilmu pengetahuan menimbulkan suatu kebangkitan atau revolusi yang dinamakan dengan rennaisance atau kelahiran kembali. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaisans terkenal dengan  era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno. Manusia dikenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.
            Pada zaman renaisans ada banyak penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Di antara tokoh-tokohnya adalah:
1. Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of  Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut heliocentric menggeser teori geosentris. Namun karena masa itu dominasi gereja masih kuat maka pendapat Copernicus yang menentang gereja ini mendapatkan hukuman. Ia dihukum kurungan seumur hidup. Bruno yang merupakan pendeta yang sependapat dengannya pun ikut dihukum.
 2. Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan. Ia menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter.
3. Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan politikus Inggris. Ia belajar di Cambridge University dan kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan scientific methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan inductive method, tetapi lebih dahulu harus membersihkan fikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind.
4.    Zaman Modern (Abad 17-18)
Pada abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang memberi semangat yang diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang dipandang sebagai sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad ini lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi penekanan pada rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empiri.
a.    Rasionalisme
Rasionalisme adalah corak berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat. Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Rene Descartes (1595-1650). Descartes adalah orang pertama pada zaman modern yang membangun filsafat berdasarkan atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia pula orang pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang lainnya. Hal ini disebabkan perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan banyak memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.
Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasinya dalam sebuah metode yang sering yaitu “kesangsian metodis”. Dalam kesangsian metodis, Descartes meragukan segala sesuatu. Ia ragu pada kenyataan disekitarnya. Ragu pada pengetahuannya. Juga ragu pada pengalamannya. Ketika ia ragu pada segala sesuatu, ada satu hal yang tidak dapat diragukan. Hal itu adalah dirinya yang sedang ragu. Dengan demikian jelas bagi Descartes bahwa satu-satunya hal yang tidak dapat diragukan adalah dia yang meragu. Descartes yang ragu adalah kenyataan yang tidak terbantahkan. Ia ragu, ia berpikir. Ia berpikir, maka ia ada. Adanya dia karena ia berpikir dan sangsi. Descartes menegaskannya dalam kalimat “Cogito, ergo sum”. Je pense, done je suis. Saya berpikir, maka saya ada.
Dalam konstruksi rasionalisme Descartes, akal budi atau rasio dapat mencapai kepastian akan kebenaran tanpa membutuhkan bantuan apapun. Untuk ini, ada tiga hal yang jelas dan tegas (clare et distincte) yaitu Allah, pemikiran (cogito) dan keluasan (extensio). Pemikiran merupakan bagian dari bidang psikologi. Keluasan adalah bidang dari ilmu alam. Dalam diri manusia, kedua hal itu menyatu.
b.         Empirisme
Para pemikir di Inggris bergerak ke arah yang berbeda dengan tema yang telah dirintis oleh Descartes. Mereka lebih mengikuti Jejak Francis Bacon, yaitu aliran empirisme. Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Akan tetapi tidak berarti bahwa rasionalisme ditolak sama sekali. Dapat dikatakan bahwa rasionalisme dipergunakan dalam kerangka empirisme, atau rasionalisme dilihat dalam bingkai empirisme.
Francis Bacon (1561-1626) dan Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Lock menjadikan paham empirisme begitu mendominasi periode ini. Menurut Lock isi otaknya terdiri dari ide-ide. Ada ide-ide tunggal (simple idea) dan ada ide-ide jamak (complex idea). Ide yang peertama berhubungan langsung dengan pengalaman inderawi. Ide yang kedua merupakan hubungan dari ide-ide yang pertama. Misalnya sebab, akibat, relasi, syarat dan sebagainya hanya dapat diamati melalui kombinasi ide-ide tunggal.
Empirisme memuncak pada David Hume (1711-1776). Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama.  Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah hasil penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan seperti itu. Bagi Hume, aku sebagai pusat pengalaman, kesadaran dan pikiran hanyalah kesan (impression) semata-mata. Kesan merupakan bahan darimana pengetahuan tersusun. Karena itu, kesadaran manusia bukanlah suatu jiwa. Kesadaran hanyalah deretan kontinyu dari kesan-kesan.
Menurut Hume Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang disinari matahari menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman.  Pengalaman hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan sebab-akibat. Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera.  Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Pemikiran Hume ini menggelisahkan Immanuel Kant (1724- 1804). Bagi Kant empirisme benar. Namun rasionalisme tidak dapat serta merta dibuang. Karenanya, Kant berupa membuat sintesa atas perang dua aliran filsafat ini. Kant menunjukkan bahwa pegetahuan adalah hasil perpaduan antara pengalaman inderawi dan kemampuan pikiran. Ia membagi tiga tingkatan pengetahuan manusia. Pertama, pengetahuan yang berasal dari pengalaman yang disebutnya Sinneswahrnehmung. Kedua, pengetahuan yang berasal dari akal budi yang disebutnya verstand. Ketiga, pengetahuan yang berasal dari intelektual atau rasio yang disebutnya vernunft.
Menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia.  Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita.  Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Kant  meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini.
5.    Zaman Posmodern (Abad 19)
Zaman posmodern dimulai dengan munculnya aliran positivisme. Ajaran positivisme timbul pada abad 19 dan termasuk jenis filsafat abad modern. Kelahirannya hampir bersamaan dengan empirisme. Kesamaan diantara keduanya antara lain bahwa keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya, positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalaman yang subjektif. Tokoh terpenting dari aliran positivisme adalah August Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
August Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis. Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte. Menurut Simon untuk memahami sejarah orang harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum yang menguasai proses perubahan.
Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala, sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala.
Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu :
1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup
3. Metode ini berusaha ke arah kepastian
4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.
Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan. Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organik yang kenyataannya lebih daripada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling bergantung, tetapi untuk mengerti kenyataan ini, metode penelitian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.
Menurut Comte, ilmu pengetahuan bersifat positif apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan konkret, tanpa ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dengan demikian, ada kemungkinan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan jalan mengukur isinya yang positif, serta sampai sejauh mana ilmu tersebut dapat mengungkapkan kebenaran yang positif. Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positiv itu sendiri, antara lain : Pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai dan netral) seorang ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti. Kedua, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali. Ketiga, ilmu pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari mutualisma simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Hal yang menonjol dari sistem Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi yang merupakan ilmu pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan ilmu pemnegtahuan yang akan berkembang dengan pesat. Sosiologi merupakan studi positif tentanh hukum-hukum dasar dari gejala sosial. Comte membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
6.    Zaman Posmodern
Posmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern (yang mengutamakan rasio, objektivitas, dan kemajuan). Posmodern memiliki cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial, kesadaran akan peristiwa sejarah dan perkembangan dalam bidang penyiaran. Posmodern mengkritik modernisme yang dianggap telah menyebabkan desentralisasi di bidang ekonomi dan teknologi, apalagi hal ini ditambah dengan pengaruh globalisasi. Selain itu, posmodern menganggap media yang ada saat ini hanya berkutat pada masalah yang sama dan saling meniru satu sama lain.
Aliran-aliran terpenting yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX adalah pragmatisme, utilitarian, kapitalis, hedonisme dan filsafat analitik. Pragmatis mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat-akibatnya bermanfaat secara praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis. Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman yang bermanfaat praktis. William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap pragmatisme, sebagai berikut:
1. Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat diprediksi tetapi dunia benar adanya.
2. Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide, tetapi sesuatu yang terjadi pada ide-ide dalam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan nyata.
3. Bahwa manusia betas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk percaya akan dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan pengalaman praktisnya maupun penguasaan ilmu pengetahuannya.
4. Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketententuan yang absolut, tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita kepada kebenaran-kebenaran yang lain tentang duinia dimana kita tinggal di dalamnya

Posmodernisme muncul untuk “meluruskan” kembali interpretasi sejarah yang dianggap otoriter. Untuk itu postmodernisme menghimbau agar kita semua berusaha keras untuk mengakui adanya identitas lain yang berada di luar wacana hegemoni. Posmodernisme mencoba mengingatkan kita untuk tidak terjerumus pada kesalahan fatal dengan menawarkan pemahaman perkembangan kapitalisme dalam kerangka genealogi (pengakuan bahwa proses sejarah tidak pernah melalui jalur tunggal, tetapi mempunyai banyak “sentral”). Postmodernisme mengajak kaum kapitalis untuk tidak hanya memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas dan keuntungan saja, tetapi juga melihat pada hal-hal yang berada pada alur vulgar material yang selama ini dianggap sebagai penyakit dan obyek pelecehan saja.
            Salah satu perkembangan terbaru dalam ilmu filsafat disebut “Filsafat Analitik”. Filsafat analitik bukan suatu filafat sistematik sebagaimana idealism, realism, atau pragmatism. Sungguh, kebanyakan ahli filsafat analitik bekerja dengan hati-hati untuk menanggalkan identitas sebagai filsafat sistematis, mereka berpendapat bahwa pendekatan sistem dalam filsafat lebih banyak membawa masalah daripada memberikan solusi kepada masalah-masalah manusia (Knight:1982) . Sebagian besar ahli filsafat analitik mencari cara untuk memperjelas bahasa, konsep-konsep, dan metode-metode yang digunakan secara lebih tepat untuk aktifitas kehidupan , misalnya dalam bidang sains. Usaha-usaha filsafat analitik diperluas dalam bidang lain seperti pendidikan.
            Postmodernisme sebagai suatu gerakan budaya sesungguhnya merupakan sebuah oto-kritik dalam filsafat Barat yang mengajak kita untuk melakukan perombakan filosofis secara total untuk tidak lagi melihat hubungan antar paradigma maupun antar wacana sebagai suatu “dialektika” seperti yang diajarkan Hegel. Postmodernisme menyangkal bahwa kemunculan suatu wacana baru pasti meniadakan wacana sebelumnya. Sebaliknya gerakan baru ini mengajak kita untuk melihat hubungan antar wacana sebagai hubungan “dialogis” yang saling memperkuat satu sama lain.
            Postmodernisme bukanlah suatu gerakan homogen atau suatu kebulatan yang utuh. Sebaliknya, gerakan ini dipengaruhi oleh berbagai aliran pemikiran yang meliputi Mrxisme Barat, struktualisme Prancis, nihilisme, etnometodogi, romantisisme, popularisme, dan hermeneutika. Heterogenitas inilah yang barangkali menyebabkan sulitnya pemahaman orang awam terhadap postmodernisme. Dalam wujudnya yang bukan merupakan suatu kebulatan, postmodernisme tidak dapat dianggap sebagai suatu paradigma alternatif yang berpretensi untuk menawarkan solusi bagi persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh modernisme, melainkan lebih merupakan sebuah kritik permanen yang selalu mengingatkan kita untuk lebih mengenali esensi segala sesuatu dan mengurangi kecenderungan untuk secara sewenang-wenang membuat suatu standar interpretasi yang belum tentu benar.
BAB III
KESIMPULAN

            Dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya yaitu mengenai sejarah perkembangan aliran filsafat dapat disimpulkan mengenai perkembangan aliran filsafat.  Perkembangan filsafat dimulai sejak peradaban Yunani kuno. Tokoh filsafat yang terkenal yaitu Permenides dan Hiraclitos mereka menganut aliran filsafat yang bertentangan. Pada penghujung tarikh sebelum masehi atau awal masehi berkembang filsafat dari Socrates yang beraliran dialectik yang merupakan pertengahan dari pendapat Permenides dan Heraclitos. Setelah Socrates meninggal muncul Plato yang merupakan murid Socrates dan beraliran idealisme. Filsafat Plato ini bertentangan dengan filsafat Aristoteles yang beraliran realisme.
            Setelah memasuki abad 12 filsafat mengalami zaman kegelapan karena adanya dominasi dari gereja. Barang siapa yang menentang kebenaran dari gereja maka akan mendapatkan hukuman yang sangat berat. Masa ini berlangsung hingga abad 15 dimana mulai ada pencerahan. Zaman ini disebut sebagai zaman pencerahan atau rennaisance yang berarti kelahiran kembali. Zaman ini merupakan awal dari zaman modern.
            Pada zaman modern muncul dua aliran yang bertentangan yaitu aliran rationalisme yang dicetuskan oleh Rene Descartes dan empirisme yang dicetuskan oleh David Hume. Filsafat berkembang terus hingga lhir aliran Hegelianisme dan Marxisme yang merupakan awal zaman postmodern. Tokoh yang terkenal adalah Immanuel Kant. Kemudian filsafat berkembang terus hingga saat ini menjadi ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Filsafat dapat diibaratkan berkembang dari mata air hingga kini telah menjadi suatu laut yang dalam.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir.2000.Filsafat Umum.Bandung:Rosda Karya.
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum.Bandung:Pustaka Setia.
Drs. Mustansyir, Rizal, Drs. Munir, Misnal.2003.Filsafat Ilmu.Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Annisa.2010.Sejarah Filsafat. [online] tersedia:http://purplebrainwash.blogspot.com/2010/04/sejarah-filsafat-i.html diunduh pada 10 Oktober 2012
Cahyadi Nugroho.2012.Sejarah Filsafat Barat. [online] tersedia: http://filsafat.kompasiana.com/2012/08/14/sejarah-singkat-filsafat-barat-modern/ diunduh pada 10 Oktober 2012.