Menembus ruang dan waktu dalam hal ini adalah mengalami
perubahan atau melakukan perubahan. Untuk melakukan perubahan ini diperlukan
suatu pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri. Maka kita perlu untuk
mempelajari filsafat. Dalam mempelajari filsafat, haruslah secara intensif dan
ekstensif. Intensif artinya dalam sedalam dalamnya sedangkan ekstensif artinya
luas selua luasnya. Maka dari itu dalam mempelajari filsafat dibutuhkan
referensi, dalam hal ini adalah pikiran para filsuf, apa yang mereka katakan
dalam hubungannya dengan pikiran-pikiran kita. Apa yang kita pikirkan dengan dukungan dari
pemikiran para filsuf ini kemudian kita refleksikan dalam kehidupan sehari-hari
hal inilah merupakan upaya kita dalam menembus ruang dan waktu.
Mengenai
subjek yang menembus ruang dan waktu adalah diri kita sendiri atau diri orang
lain. Menurut Immanuek Kant waktu dibagi ke dalam tiga dimensi, yaitu waktu
yang berurutan, waktu yang berkelanjutan dan waktu yang berkesatuan.
Berkesatuan artinya tidak dapat dibagi-bagi atau menjadi satuan yang utuh. Sedangkan
pengertian ruang secara teori ada ruang dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua
dan seterusnya. Artinya secara teori ruang dapat didefinisikan seperti bilangan.
Untuk menembus ruang dan waktu kita perlu mengetahui apa itu ruang dan apa itu
waktu. Sedangkan untuk mengetahui ruang kita perlu mengetahui apa itu waktu dan
begitu pula sebaliknya. Kita dapat
mempelajari ruang dan waktu karena pada hakikatnya ruang dan waktu ada dalam
pikiran kita.
Ruang
meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Ruang terdiri dari wadah dan isi. Jika
tidak ada wadah maka tidak akan ada isi begitu pula sebaliknya. Ruang memiliki
empat dimensi yaitu material, formal, normatif dan spiritual. Ruang material
adalah yang berbentuk konkret dan fisik. Contohnya dalam ruang diri kita
materialnya adalah tubuh kita. Sedangkan formal adalah yang bersifat resmi,
atau yang tertulis. Maka diri kita adalah apa yang tertulis di identitas kita.
Normatif adalah ilmunya, sehingga orang yang berilmu adalah orang yang sopan
santun terhadap ruang dan waktu. Artinya dapat menempatkan diri. Orang yang
berilmu dalam pendidikan matematika adalah orang yang sopan santun terhadap
segala yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Santun
berarti mengerti, menghayati, mengamlkan kmudian merefleksikan. Spiritual
adalah doa-doa yang kita panjatkan.
Ruang
dan waktu kita saat ini dalah berada dalam dunia kaum kapitalis. Kaum kapitalis
membuat hirarki ruang yaitu ruang archaed, tribal, tradisional, feodal, modern,
postmodern dan post-postmodern. Dalam menjadi orang yang berilmu kita
menempatkan spiritual dalam hirarki yang paling tinggi. Di sisi lain kita
menghadapi gejolak dunia akibat pengaruh dari kaum “the power now” dimana
mereka menciptakan ruang kapitalis, pragmatisme, utilitarian dan hedonisme.
Kapitalis adalah menempatkan ekonomi dalam hirarki yang
paling tinggi, artinya segala sesuatu
diukur dari keberhasilan ekonomi. Jadi orang yang menganut kapitalis akan
berusaha untuk mengejar keberhasilan ekonominya. Pragmatisme adalah yang
menghendaki segala sesuatu itu secara cept dan praktis. Utilitarian adalah yang
menganut bahwa apa yang terbaik adalah yang berguna bagi mereka tanpa melihat
kegunaan untuk orang lain, jadi prinsip kegunaannya adalah sepihak. Hedonisme
adalah yang sangat mengagungkan kesenangan dunia. Segala yang dilakukan hanya
untuk mengejar kesenangan dunia. Dunia yang diciptakan “power now” menempatkan
spiritual dalam hirarki ketiga yaitu pada hirarki tradisional.
Ada beberapa hal penting dalam menembus ruang dan waktu
yaitu:
1.
Fenomenologi
Fenomenologi
adalah karya cipta dari HUSSERL. Ada dua unsur penting yaitu abstraksi dan
idealisme. Abstraksi adalah memilih atau melakukan reduksi. Manusia kodratnya
adalah abstraksi karena sejak lahir manusia telah terpilih. Hidup adalah
pilihan karena sebenar-benrnya manusia adalah reduksi karena manusia tidak bisa
tidak memilih. Dalam melakukan reduksi ada hal-hal yang tereliminasi dan yang
tidak dipikirkan oleh HUSSERL dimasukkan dalam suatu wadah yang dinamakan
“rumah epoke”.
2.
Fondasionalisme
Semua
makhluk beragama adalah kaum fondasionalisme, menempatkan Tuhan sebagai causa prima yaitu sebab utama dan sebab
pertama. Dalam kehidupan sehari-hari orang yang membangun keluarga adalah
sedang menjadi kaum fondasionalisme. Hakikat manusia adalah kaum fondasionalisme
namun karena keterbatasannya manusia tidak bisa menjadi fondasionalisme
sepenuhnya, karena dalam kenyataannya manusia melakukan segala sesuatu dengan
intuisi.
3.
Antifondasionalisme
Dalam hal ini manusia
bertindak sebagai fondasionalisme namun sekaligus sebagai antifondasionalisme.
Menembus
ruang dan waktu adalah melakukan perubahan untuk mencapai tingkatan yang lebih
tinggi dari keadaan sekarang. Dalam upaya menembus ruang dan waktu ini kita
mendapatkn tantangan berupa dunia yang diciptakan oleh “power now” yang telah
menguasai gejolak dunia. Untuk itu kita perlu menyiasatinya dengan tetap
menempatkan spiritual ke dalam hirarki yang tertinggi. Ketiga hal penting dalam
menembus ruang dan waktu yang telah dijelaskan sebelumnya harus benar-benar
dipahami dengan baik tanpa meninggalkan spiritual dalam hirarki tertinggi.
Dengan upaya yang disertai dengan doa semoga kita diberikan petunjuk agar dapat
menembus ruang dan waktu.